MENGAPA PARTAI ISLAM KALAH DALAM PEMILU LEGISLATIF 2009

26 April 2009 at 21:19 15 comments

  1. Kekalahan Partai Islam (partai berasas Islam) di pemilu 2009 memang telak, dan sudah banyak ditebak oleh berbagai kalangan, termasuk dari hasil survey politik oleh berbagai lembaga jajak pendapat.
  2. Sebagian orang memang meragukan ‘kemurnian’ hasil survey politik yang semakin marak itu sebagai suatu yang netral atau akademik, malah ada yang berfikir banyak lembaga tersebut memang sudah menjadi bagian dari perpolitikan, yakni mempunyai misi untuk memihak partai tertentu melalui survey guna menggiring opini publik ke arah pilihan sebuah partai. Tentu saja orientasi bersurvey seperti itu tidak bisa diapa-apakan karena memang belum ada mekanisme untuk menindak lanjuti secara hukum terhadap ‘penyimpangan’ hasil karya oleh lembaga survey seperti itu. Tidaklah mudah memang untuk menilai hasil sebuah survey politik apakah mengikuti asas akademik atau pesanan. Kesulitan pengujian di sana bisa saja lalu dimanfaatkan oleh fihak yang memang mau  berpolitik atau berbisnis dalam politik.
  3. Hasil ‘quick count’ pemilu 2009 memang menunjukkan partai berasas Islam hanya menjadi partai kelas menengah, yakni tertinggi dicapai PKS sekitar 7% disusul PPP yang  sekitar 5%,  PBB dilaporkan hanya sekitar 1,8% (jauh di bawah parlementary threshold), sedang partai Islam lain seperti PKNU dan PMB lebih rendah, dan bahkan PPNUI malah kurang dari 1%. Partai bukan berasas Islam tapi berasal dari komunitas umat Islam seperti PKB dari kalangan Nahdiyin dan PAN dari kalangan Muhammadiyah juga hanya mencapai antara 6-5% juga.
  4. Tentu menarik untuk dicermati dan dianalisis mengapa di negeri muslim Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam (sekitar 200 juta muslim) ternyata partai Islam kalah telak dalam pemilu demokratis dengan partai Sekuler (partai mengusung jargon nasionalisme dengan berbagai varian bentuknya: lihat artikel sebelumnya: “Benarkah Kecil Beda antara Partai Islam dan Partai Nasionalis?“)
  5. Dalam sistim politik terbuka ala demokrasi liberal di mana setiap orang memiliki hak pilih yang sama, satu orang satu suara, tidak peduli kualitasnya sebagai penduduk (apakah terdidik atau tidak, kaya atau miskin, akhlak baik atau buruk, apapun suku, ras, agama, dll), maka tentu kemenangan sebuah partai ditentukan oleh dua sisi penentu, yakni: sisi PARTAI dan sisi RAKYAT.
  6. Dari sisi Partai, faktor penentu utamanya adalah bangunan partai tersebut, khususnya: FIGUR PEMIMPIN, MANAJEMEN, INFRASTRUKTUR, DANA, DAN PROGRAM AKSI PARTAI.
  7. Dari sisi ini memang Partai Islam di Indonesia memiliki berbagai kekurangan. Figur Pemimpin misalnya, partai islam umumnya dipimpin bukan oleh individu yang sudah diidolakan secara nasional, kecuali mungkin Gus Dur untuk PKB masa lalu. Di samping itu citra pemimpin bersih juga masih lemah karena banyak pejabat partai Islam sering diberitakan miring oleh media masa terkait berbagai isu uang dan akhlak. PKS memang relatif kuat pencitraan ‘baik’ akhlak petinggi partainya. Dari sisi Manajemen nampaknya PKS termasuk yang sudah baik kualitasnya. Dari aspek Infrastruktur partai maka PPP lebih unggul karena merupakan partai lama, sejak masa orde baru, sedang partai Islam lain masih tertatih membangun jaringan. PKS lalu menyusul dengan intensif melakukan kaderisasi di kalangan pemuda dan kampus. Dari sisi Dana partai Islam juga lemah atau amat lemah. PPP jelas relatif kuat hasil menabung masa lalu, dan PKS juga nampak lebih sistematik mengelola dana partai termasuk sistim pemasukan  yang efektif dari para anggota legislatif dan eksekutif yang berhasil didudukkan partai. Program Aksi partai juga menentukan kemampuan daya tarik untuk memperoleh suara, dan sekali lagi di antara partai Islam maka PKS relatif unggul dengan program aksi berupa pelayanan langsung ke masyarakat  seperti pelayanan kesehatan dan pos pelayanan sosial jika ada bencana,  yang  cukup dirasakan manfaatnya oleh rakyat. Begitu pula program aksi mereka berupa respon aksi masa terhadap permasalahan Islam dan umat lingkup nasional dan internasional seperti kasus Palestina.
  8. Jika dibandingkan dengan partai Sekuler maka partai Islam memang banyak kalah dari sisi bangunan Partai ini, katakanlah PDIP relatif kuat figur ketokohannnya Megawati, Golkar sudah mapan sisi manejemen partainya. Dana jelas partai sekuler jauh lebih mapan, begitu pula infrastruktur partainya. Partai Demokrat walau relatif baru tetapi dengan SBY menjadi Presiden dan mampu memberi citra pemimpin yang baik dan bersih maka partai ini cepat memiliki daya tarik baru, di samping dana tentu tidak kurang dan infrastrtukturnya juga cepat terbangun.  Program aksi partai Demokrat otomatis juga terkait dengan program aksi pemerintah yang diopinikan secara positif dengan iklan yang efektif.
  9. Yang lebih menarik adalah analisis dari sisi Rakyat. Kekalahan partai Islam juga harus dianalisis dari sisi ini. Survey beberapa waktu lalu membuka rahasia sisi Rakyat dari kekalahan partai Islam tersebut. Dilaporkan oleh survey itu bahwa ternyata penduduk muslim Indonesia yang taat beribadah ternyata lebih suka memilih partai Sekuler dari pada partai Islam. Lho, bagaimana bisa?
  10. Di sinilah sebenarnya determinan (penentu) utama kekalahan partai Islam dalam pemilu di Indonesia. Rakyat Indonesia yang mayoritasnya muslim itu ternyata kualitas keislamannya masih sebatas ketaqwaan ritual belaka, belum menyentuh ketaqwaan sosial. Umat islam Indonesia umumnya menganggap sudah cukup kadar keislamannya jika sudah beribadah mahdhah seperti: shalat, puasa, zakat, haji, umroh, nikah, pengaturan jenazah, dan doa-dzikir secara Islam. Muslim Indonesia ternyata belum banyak yang memiliki ketaqwaan sosial, yakni keyakinan bahwa mengurus negeri itu harus sesuai syariat. Mereka merasa  sepertinya tidak wajib mengelola negaranya dengan syariat sosial-kenegaraan Islam yang tercantum dalam al Qur’an dan dicontohkan Rasulullah. Maka jelas rakyat muslim seperti ini jika dihadapkan kepada memilih partai dalam pemilu hanya  akan melihat sisi Fisik partai itu, tidak melihat sisi Ideologis partai. Bahwa Partai Islam berbeda diametrikal dengan Partai Sekuler tidaklah mereka fahami, kecuali oleh beberapa intelektual-aktifis Islamnya saja yang tentu jumlahnya tidak banyak (dibanding dengan muslim secara keseluruhan).
  11. Mengapa umat Islam Indonesia belum banyak yang memiliki ketqwaan sosial? Jawabnya hanya satu: Ulama, Kyai, Mubaligh, Da’i, penceramah Islam umumnya hanya mengajarkan Islam sisi ritualnya saja, belum banyak yang mengajarkan aspek sosial-politik Islam kepada umat. Selama visi keIslaman umat Islam Indonesia yang merupakan mayoritas penduduk negeri ini masih begitu terbatas (hanya ketaqwaan Ritual, belum memilki ketaqwaan Sosial) maka di pemilu- pemilu mendatang jangan diherankan jika masih akan terus dimenangkan oleh partai Sekuler yang sudah mapan bangunannya. Apa implikasi kemenangan partai Sekuler di pemilu itu? (Lihat artikel: Partai Islam Kalah, Siapa Susah?)

Apa masih ada jalan keluar???

Indonesia, Rabiul akhir 1430H

Entry filed under: Pemilu 2009, Politik. Tags: , , , , , , .

PARTAI ISLAM KALAH, SIAPA SUSAH? EKONOMI NEO-LIBERAL DAN KERAKYATAN: Manakah Perbedaan Sisi Kebijakan Operasionalnya?

15 Comments Add your own

  • 1. Andriy  |  26 April 2009 at 22:01

    waduh , bung….
    artikel`nya bagus banget!!

  • 2. Bimo Wahju Wardojo  |  27 April 2009 at 10:31

    Asw, saya sependapat dengan kesimpulan bapak, bahwa benar Islam yg diajarkan / disosialisssikan masih lebih dominan di sisi ibadah khusus, oleh karena mari bersama-sama menggalang aksi yang menerjamahkan ajaran Islam dalam segenap Aspek kehidupan Manusia, seperti Lembaga Keuangangan Syariah : Asuransi, Bank, Pegadaian, BMT, dst di aspek keuangan, sebagaian dari aspek Ekonomi, saya ingin terus bisa bersama Pak Fuad untuk menerjamahkan ajaran Islam ke dalam kehidupan bermasyarakat di bumi Indonesia ini. terima kasih semoga Pak. Fuad dapat terus berjuang dan mendidik generasi penerus perjuangan. www

  • 3. dani setiawan  |  28 April 2009 at 10:35

    Tinggal menunggu “belajr dari kondisi sekarang”
    pasti partai islam bisa menang untuk selanjutnya.

  • 4. Hanafi Pratomo  |  2 May 2009 at 10:28

    Kenapa kalah ? Ada 4 alasan yg fundamental :
    1.Tidak ada Pemimpin yg bisa dijadikan panutan dikalangan umat Islam, baik di Muhamadiyah atau NU, ATAU DI ddii
    2.Beberapa Kader Partai Islam bermoral jelek, tidak menampilkan .kepribadian Islami
    3.Tidak mampu merumuskan isu strategis yg bisa dijual kemasyarakat Indonesia
    4.Banyak sekali orang Islam, pejabat, anggauta legislatif,Kader Partai bahkan kiai yang Munafiq atau Kafir ! Betul sebagai sosok Muslim tapi Kafir

  • 5. Andriy  |  2 May 2009 at 14:12

    @Hanafi Pratomo:
    betulllLLLLL!
    (terutama yg nomor 4)

  • 6. iman  |  5 May 2009 at 11:50

    kekalahan dan kemenangan adalah sesuatu yang wajar dan akan dipergilirkan begitulah sunnatullahnya, tetapi kita melihat memang masih banyak tugas yang harus diselesaikan dan juga banyak hal dalam masalah umat yang harus dibenahi.

    semoga kedepan umat yang membaca artikel ini bisa memulai untuk merubah keadaan umat ini minimal untuk diri kita dan lingkungan terdekat.

    dan juga kepada para da’i agar memberikan pemahaman kepada umat terkait permaslahan politik umat.

  • 7. Hari  |  8 May 2009 at 10:22

    Wah my comment was deleted, my critic what I mean 4 increasing next islamic figure n to accept every diffrnce opinion with open heart. I remain lve islam party

  • 8. Tia  |  8 May 2009 at 11:05

    Sabar sabar aja
    kalau waktunya menang ya menang. Gitu kok repot.

  • 9. fuadamsyari  |  11 May 2009 at 17:03

    send your sensitive comment to my e-mail in order not to be misinterpreted by others

  • 10. fuadamsyari  |  11 May 2009 at 17:07

    Dalam Islam harus ada usaha yang sadar, tidak ada sesuatu yang tanpa usaha. Kita dinilai Allah SWT atas apa yang kita kerjakan, jadi tidak cukup hanya diam-pasif.

  • 11. Abu Waznah  |  12 May 2009 at 11:49

    Sejarah belum berpihak Ust, kita harus sabar dan terus berusaha, Insya Allah parati pigur akan segera hilang, karena tidak punya lagi pigur….

  • 12. ida purnamasari  |  17 May 2009 at 15:08

    menurut saya , dan yang saya rasakan dilingkungan saya’ kekalahan partai islam.:
    1. belum mendarah daging dari segi kepartaian, hanya mengandalkan penokohan/tokoh sentral. tdk mengakar.
    2. perekrutan caleg , masih lekat dengan kekeluargaan. tidak berdasarkan komitmenya untuk berdakwah menegakkan agama Allah sesuai profesi. kedudukan dan kewenanganya.
    3. petinggi islam umumnya poligami. bukan saya anti poligami tetapi terusterang citra demikian membuat sebagian konstituen ada yang tersakiti lantas menimbulkan ketidak percayaan publik.
    4. tekhnokrat,politisi, ekonom yg memang komit terhadap penegakan agama Allah malah justru tidak ingin berpolitik praktis, karena jika sudah masuk dalam parlemen justru tidak dapat berbuat apa-apa.

  • 13. eko as  |  20 May 2009 at 19:18

    Ass. Wr. Wb

    Karena islam sebagai sebuah agama masih terasa asing bagi pemeluknya. Padahal islam yang sebagaimana kita fahami adalah suatu tuntunan yang lengkap yang meliputi keseluruhan dari kehidupan manusia.
    Adanya jarak membuat muslimin tak merasakan nikmatnya berislam. Sebagaimana berkata seorang shalih, bahwa hidup dibawah naungan al quran adalah suatu kenikmatan yang tidak bisa dirasakan kecuali oleh mereka yang sudah hidup dibawah naungannya.
    Al islam berada di suatu lembah dan kaum muslimin ada dilembah lainnya.
    Solusinya adalah suatu pengajaran yang bisa merubah jiwa dan pemikiran. Sehingga mereka akan berubah menjadi generasi yang baru, Dengan cinta islam didalam dada, siap memberi-tidak meminta. sebagaimana para sahabat radiyallahu anhum. Adapun setelah itu, ada pemilu atau tidak tak begitu banyak bedanya.
    Salam hormat buat pak Fuad A. semoga tetap memberi pencerahan pada kami semua.

    eko

  • […] memilih partai sekuler dan tidak memilih partai Islam di pemilu legislatif bulan lalu? (lihat artikel sebelumnya dan comments di brief-notes). Atau memang begitu skenario […]

  • 15. udih  |  22 June 2012 at 09:12

    mengapa partai islam kalah dii indonesia,,,,,,,,,?
    bagai mn tidak kalah,partai islam sekarang sudah tepecah belah,,,
    banyak partai partai islam di indonesia,,,,
    lain lgi dgn partai non islam,,,,
    mereka bersatu untuk memenangkan pemilu,…
    andai kan saja partai islam di indonesia bersatu teguh,,,,,
    insya allah akan menang…………

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


"tatkala mayoritas penduduk maju, maka minoritas terikut maju (TIDAK SEBALIKNYA), dan negara pun menjadi kokoh-kuat..."

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 67 other subscribers

Recent Posts

Archives

Calendar

April 2009
M T W T F S S
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
27282930  

Stats

  • 138,370 hits

Feeds