ANTARA MENGHAFAL & MEMAHAMI AL QUR’AN, Pilihan atau Tahapan
31 May 2018 at 04:14 Leave a comment
Oleh Fuad Amsyari
Rasanya semua orang sepakat bhw menghafal al Qur’an itu sebuah tugas berat tapi mulia. Menghafalkan al Qur’an tdk sekedar untuk suatu saat sudah hafal, lalu bisa menjawab pertanyaan bunyi suatu ayat jika disebutkan nama surat & ayat yg ke berapa. Atau jika dibacakan suatu ayat sebelumnya maka ajat berikut bisa disampaikan dg benar. Cara kedua itu sering digunakan dlm lomba hafalan al Qur’an di TV dg pemberian hadiah bagi pemenangnya. Lomba itu umumnya bagi anak2 dg jumlah peserta cukup banyak. Hanya saja sebagai pemirsa akan terasa ikut sedih jika ada peserta yg menangis saat disisihkan pd babak2 penyisihan pdhal mrk relatif sdh banyak hafal ayat & surat di dlm al Qur’an.
Beratnya menjadi penghafal al Qur’an itu bertambah krn hrs siap melafalkannya secara periodik karena jika tdk dilakukan akan mudah lupa. Hafalan ini menjadi semakin berat karena memakai bahasa Arab yg khas tanpa tahu abc maknanya, di samping ada pengulangan2 anak kalimat di berbagai bagian ayat terutama di ujungnya. Penghafal al Qur’an tentu hrs punya otak cerdas, punya daya ingat tinggi. Luar biasa. Allahu Akbar.
Akhir2 ini menghafal al Qur’an sedang populer, termasuk gambaran manfaat2 yg bisa diperoleh bagi para penghafalnya. Di medsos sering muncul posting2 yg berisi peristiwa keanehan2 yg dialami penghafal al Qur’an.
Berikut ini cuplikan posting yg dikirimkan seorang teman ttg kasus sebuah keluarga penghafal al Qur’an yg didapatnya dari wag di mana dia menjadi anggautanya. Judul artikelnyapun terasa luar biasa.
” SALAH SATU SUDUT SURGA”
(Oleh; seorang Ustadzah)
Dipanggilnya umi Fatma, Isteri dari seorang buruh bangunan. Tinggal di rumah kontrakan yang ia sewa 500rb/bulan. Dibelakang rumah kontrakannya ada tanah ukuran 4m2 = 2m×2m yang ia tanami cabai, dan beberapa sayuran.
Tidak banyak yg tahu kalo umi Fatma seorang hafidzah. Ia memiliki 5 orang anak dan sekarang sedang mengandung anak yg ke-6. Sudah banyak bidan yg menyuruhnya STOP hamil, gunakan kontrasepsi ! Namun bagi umi Fatma anak adalah Rizki, dan rizki tidak boleh di stop. Adalah kebanggaan, Allah berkenan menganugerahi amanah anak-anak yang banyak.
Di rumahnya tidak ada tv, tidak ada kulkas dan tidak ada kipas angin. Saat saya mendatangi rumahnya, banyaaaakkk makanan yang ia suguhkan. Dari kue kering, bolu (kue basah), sampai bakso ikan pun keluar.
Anak-anaknyapun sehat-sehat. Tidak ada tanda-tanda anak kurang gizi. Anak pertamanya berusia 16 th sudah hafidz, Anak ke-2 usia 13 th hafal 15 juz, sedang dibimbing oleh kakaknya, anak ke-3 usia 9 th hafal 5 juz, anak ke -4 & ke-5 kembar usia 7th sudah qatam Al-Quran.
WOW !!! Saya terperangah mendengar ceritanya. Tidak ada suara tv dari rumah itu. Setiap hari sambil menunggu adzan terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Quran bersahut-sahutan.
“Alhamdulillah, Allah sangat sayang pada kami mbak. Abinya pulang kerja 1 minggu sekali, bawa uang banyak, 500rb rup. Kami tiap hari bisa makan seperti ini” ujarnya sambil tangannya menunjuk ke arah hidangan yang ia hidangkan untukku.
Lagi-lagi aku terperangah ! 500rb ?! 1 minggu sekali ?! Artinya dalam 1 bulan kurang lebih penghasilannya 2jt. Itupun masih dikurangi bayar kontrakan perbulan. Dan ia bilang banyak ? Subhanallah….!!! Serasa ditampar wajahku…. maluuuu rasanya.
Aku tersenyum kecut, tenggorakanku tercekat. Silahkan berhitung dengan logikanya Robert.T.Kiyosaki yang katanya pakar bisnis. Bisakah ia menjelaskan ini semua dengan logikanya ? Sementara banyak diantara kita yang sering melontarkan kata-kata :
“500rb mah sekarang dapet apaan ?!!!”
Allahu akbar….!!! Bagaimana dg 2jt/bulan mereka hidup berkecukupan ?
- “Abinya selalu puasa sunah.”
” Apa kuat umi ? Kerjaan abi kan berat ?”
“Pekerjaan itu sudah abi lakoni sejak kelas 4 SD. Puasa sunah pun sudah dilakoni sejak abi mulai sekolah. Jadi udah biasa dan ga berat lagi mbak. Kami teman mengaji dari kecil. Kami berdua lulusan SMP. Alhamdulillah lulus SD abi sudah hafidz. Saya malah telat, lulus SMP baru hafidzah.”
- “Umi, mohon maaf. Setiap hari kalo umi belanja rata-rata habis berapa ?” Karena penasaran, akhirnya keherananku keluar juga.
Umi Fatma tersenyum. Sebelum akhirnya menjawab:
“Kalo dapat pertanyaan ini saya bingung jawabnya mbak. Saya jarang belanja. Bahkan pernah 1 bulan penuh saya ga belanja. Karena tiap hari adaaa aja yang nganterin makanan, entah itu makanan mentah atau makanan mateng. Seperti baso ikan ini, kemarin ada yg ngasih ikan & telur. Kebetulan masih ada tepung, akhirnya saya buat bolu dan baso. Masih bisa berbagi sama tetangga dan bisa untuk menjamu tamu. Saya mah, dikasih kesempatan bisa berbagi sama tetangga dan menjamu tamu tiap hari, udah bersyukur mbak.”
Umi Fatma…. dirimu memang bukan manusia kebanyakan. Dirimu bukan orang rata-rata. Perhatikan tutur kata yang terucap dari bibirnya. Tidak ada satupun pemberian Allah yang ia kecilkan.
Saat orang kebanyakan berkata : “Yah walaupun hanya buruh bangunan dan tiap minggu cuma bawa uang 500rb, saya sih udah bersyukur bisa makan tiap hari. Yang penting adaa aja buat jajan anak-anak.”
Perhatikan kata-kata yang keluar dari wanita sholeha itu : “Suami saya buruh bangunan mbak. Alhamdulillah tiap minggu abinya pulang bawa uang banyak 500rb. Saya sih bersyukur banget mba kalo tiap hari dikasih kesempatan berbagi dengan tetangga dan menjamu tamu.”
Terlihatkah bedanya ? Rata-rata orang bersyukur “just lips service” tapi umi Fatma bersyukur dengan kesungguhannya.
Salah satu keluarga sakinah, yang Allah perkenankan menempati salah satu sudut Surga di dunia, yang tidak akan tampak oleh mata-mata nanar penghamba riba dan para pemburu harta dunia.
SubhanAllah……”
Di ujung postingnya itu teman saya tanya bgmn pendpt saya ttg kasus di atas. Dia mau mengaitkan dg isi ceramah saya ba’da subuh pagi tadi di mesjidnya, dimana saya menjelaskan bhw berislam itu hrs rasional berorientasi pd sunnatullah. Dlm ceramah itu saya uraikan bhw umat Islam sesudah bertuhan secara benar, Allah SWT, maka wajib mentaati tuntunanNya baik yg bersifat ghoib spt shalat-puasa-berdoa maupun yg sahadah spt akhlaq mulia, berkepemimpinan mukmin, bekerja halal, bertabligh menyebarkan Islam dll. Tuntunan tsb harus bersumber dari al Qur’an dg penjabarannya oleh Hadis shohih & produk kajian saintek yg valid sbg representasi sunnatullah. Dg cara hidup spt itu maka hidup manusia akan sukses di dunia & akherat.
Dg pola pikir spt di atas maka berikut ini jawaban saya pd teman yg mengirim artikel tsb.
“Cerita spt itu sering diulang diviralkan di medsos. Yg disuguhkan suatu momen opname, blm suatu studi longitudinal hikayat sebuah keluarga secara utuh. Idealnya perlu disebut bhw cerita itu protret sesaat saja spy pembaca tdk salah persepsi. Sptnya si penulis mau memberi pesan bhw HAFIDZ AL QUR’AN (TANPA TAHU ARTINYA) akan MENJAMIN BISA ‘HIDUP/MAKAN’ SEHARI2, tanpa diberi kualifikasi tingkatan kehidupan yg dialaminya. Dlm Cerita itu juga tdk dimasukkan analisis variabel ttg sekitar keluarga (apa banyak orang berkecukupan, dermawan, afinitasnya pd muslim yg hafidz al Qur’an, dll).
Dari sisi teori ekonomi materialisme masa kini tentunya banyak yg sepakat jika klg itu bisa disebut ‘ECONOMICALLY POOR & HIGH RISK’ atau disebut NO FINANCIAL STANDING & SECURITY. Secara ekonomi Klg spt itu hrs dikhawatiri nasib jangka panjangnya, masa depan generasi mudanya, termasuk dikhawatiri jangan sampai spt apa yg disebut dlm hadits ttg hubungan kefakiran-kekufuran.
Agama Islam jelas mengajarkan rasionalitas & sunnatullah spt yg saya uraikan pd ceramah subuh. Untuk hal2 yg bersifat ghoib acuan hidup umat hanya dari al Qur’an ayat muhkamat & Hadis yg shohih mutawatir, bukan hadis palsu & lemah. Untuk hal yg bersifat nyata atau sahadah atau empiris maka umat hrs melihat penjabaran perintah al Qur’an dari proiduk sain-teknologi yg valid yg juga merupakan SUNNATULLAH ttg alam sahadah.
Bgmn Cara Islam memandang kasus keluarga umi Fatma tsb dan mengatasi kerawanan kehidupan mrk, jika hal itu dianggap sbg masalah. Saya berpendapat klg spt itu HRS SGR DIENTAS oleh PEMERINTAH YG SYAR’I, Bapaknya DIBERI SUBSIDI NGR SAMPAI MENDPT KETRAMPILAN & PEKERJAAN LBH MAPAN. Anak2nya yg sangat cerdas dg tingkat kemampuan hafalan tinggi itu hrs sgr diberi sekolah yg terbaik agar kemampuan IQnya tersalurkan, dimuati ILMU2 dari hafalan2 sumber Wahyu & dari sumber Sains (ingat Einstain yg punya kecerdasan tinggi lalu juga difasilitasi dg sekolah sain unggulan di masanya shg mampu memecahkan rahasia2 sunnatullah ttg kosmologi yg SIGNYALNYA disebutkan ALLAH SWT DLM AL QUR’AN). Atau jika Pemerintah belum melangkah mengatasi, bisa saja seorang aghnia mukmin mengambil alih langkah penyelamatan unt klg umi Fatma. Allahu a’lam.
Akhir kata, coba direnung dg akal sehat terbimbing al Qur’an, apa yg akan antum putuskan seandainya dikaruniai anak cukup cerdas. Apakah akan diarahkan unt menghafal al Qur’an dg tahu artinya atau menghafal al Qur’an tanpa tahu artinya, atau disuruh memahami isi al Qur’an walau tdk hafal, lalu mengembangkan isi tuntunannya melalui kajian hadits shohih dan penguasaan sunnatullah melalui kajian saintek, yg dg itu lalu bisa membuat produk2 “ISLAMIC SOLUTION” MENGATASI MASALAH di DUNIA PLURAL. Putera antum akan berpotensi bisa menjadi Pemimpin Dunia Pluralnya, lalu melahirkan Kebijakan2 Syar’i dlm kepemimpinannya shg ujungnya mampu membawa kemuliaan & kesejahteraan bagi umat manusia di manapun dia berada.
Mari kita didik diri, klg, dan masy unt menjadi pribadi, klg, dan masyarakat yg faham isi al Qur’an dan mentaatinya.
Ws Fuad Amsyari
Entry filed under: Keluarga, Pemikiran, Sosial Budaya. Tags: al quran, hafal, paham.
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed