IEDUL ADHA ADALAH MOMENTUM BERISLAM SECARA KAAFFAH (Fokus: Wajib Berislam dalam Kehidupan Sosial-Kenegaraan)

24 November 2009 at 17:51 2 comments

Allaahu Akbar

Hadirin jama’ah shalat Ied yang berbahagia,

Pertama kali marilah kita memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang terlimpah tiada putus-putusnya kepada kita, termasuk limpahan rahmat pada pagi hari ini, hari yang cerah, sejuk, dan segar. Pagi ini kita bersyukur bisa bersama-sama melakukan sholat Ied menyambut hari raya Islam di tahun 1430 H, hari raya Iedul Adha, Iedul Qurban.

Selanjutnya kita juga menyampaikan salam dan salawat kepada Rasulullah, Nabi Muhammad saw, khususnya sebagai ungkapan kecintaan kita pada beliau dan penghormatan atas segala perjuangan disertai pengorbanan beliau yang luar biasa sewaktu menyampaikan risalah Illahi Rabbi ke umat manusia sehingga telah sampailah risalah itu dengan selamat ke tangan kita untuk kita gunakan sebagai panduan hidup pribadi, berkeluarga, dan bermasyarakat-berbangsa-bernegara agar hidup kita berhasil dunia akherat.

Hadirin yang berbahagia,

Marilah kita selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah swt secara benar karena hanya dengan itu kita akan sukses dalam proses kehidupan ini.

Allah berfirman dalam al Qur’an Surat Ali Imron ayat 102: “Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kalian dengan sebenar-benar taqwa, janganlah mati kecuali kalian sebagai muslim”

Allah juga tegas memerintahkan umat Islam untuk berislam secara utuh sebagaimana difirmankan dalam surat al Baqarah ayat 208: “Wahai orang yang beriman, masuklah kalian dalam Islam itu secara utuh (kaffah), dan janganlah mengikuti bujukan syetan karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh kalian yang nyata”

Allah menjamin keberuntungan manusia bila beriman secara benar seperti yang tercantum dalam Surat at Thalaq ayat 2-3: “Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membukakan baginya jalan keluar (bagi setiap kesulitannya). Allah akan memberi rizki baginya dari jalan yang tidak mereka sangka. Barangsiapa yang bertawakkal pada Allah maka Allah akan selalu memeliharanya.”

Jaminan Allah dalam ayat tersebut amatlah jelas sehingga umat Islam tidak boleh ragu sedikitpun. Kepada setiap muslim yang beriman-bertaqwa secara benar maka Allah akan menjamin rizki baginya dan menjamin solusi/pemecahan bila memperoleh persoalan dalam hidupnya. Masalah yang sering terjadi adalah kualitas keimanan dan ketaqwaan kita yang masih kurang utuh sehingga rizki masih sulit dan persoalan yang kita hadapi terus menumpuk tanpa ada jalan keluarnya.

Mari kini kita introspeksi kualitas keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah swt. Secara operasional keimanan-ketaqwaan pada Allah bagi seorang muslim bisa diukur dengan 4 bentuk kriteria yang jelas, yakni: 1). Mengerjakan ibadah mahdhah secara tertib; 2). Berakhlak yang baik. seperti: suka menolong, bermurah hati, pemaaf, menahan amarah, dan tidak membuat orang lain itu terganggu/menderita karena kehadirannya.; 3).  Melaksanakan fungsi/kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya sesuai ajaran Islam, seperti dalam peran sebagai ayah, ibu, karyawan, direktur, kepala daerah,  legislator, maupun menteri dan kepala negara; dan 4). melakukan jihad fii sabilillah. Jihad harus diartikan secara luas, bukan hanya perang fisik, tapi meliputi semua bentuk upaya untuk menyebar-luaskan ajaran Islam ke sekitarnya. “Sampaikanlah ke orang lain walau kamu hanya tahu sebuah ayat” demikian bunyi hadis yang dapat masuk kategori perintah jihad fii sabillilah bagi para mualaf. Setiap orang yang beriman-bertaqwa secara benar tidak akan meninggalkan jihad ini karena jihad itulah setinggi-tinggi nilai dalam keimanan-ketaqwaan pada Allah swt. Jihad berarti mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkan kebenaran, penyebaran agama Islam, agar orang lain selamat hidupnya dan agar umat Islam terlindungi dari pelecehan-penghinaan-penindasan oleh musuh Islam.

Sayangnya banyak orang Islam yang sudah puas berislam bila hanya sebatas melakukan ibadah mahdhah saja sehingga gagallah dia memperoleh pertolongan Allah swt dalam menjalani kehidupannya di dunia fana ini. Akhlak yang baik, tanggung jawab sosial, dan jihad fii sabilillah sering dilupakannya sehingga hidupnya selalu bergulat dengan rasa kekurangan dan permasalahan hidup yang tiada henti-hentinya. Kaum muslimin harus selalu diingatkan untuk berakhlak baik, bertanggung jawab akan kewajiban sosial yang diembannya, dan melakukan jihad fii sabilillah ini setelah mereka sudah melaksanakan ibadah mahdhah secara rutin  agar hidupnya berhasil dunia-akherat.

Allahu Akbar

Hadirin yang kami muliakan,

Dari 4 kriteria di atas nilai jihad fii sabilillah memang menempati peringkat tinggi karena dengan jihad itu rasa kecintaan kita pada Allah swt teruji oleh kemauan berkorban harta dan jiwa karena Allah dan dengan jihad itu pula kita akan tertantang untuk lebih mendalami syariat Allah swt. Jihad fii sabilillah akan menyelamatkan orang lain dari kesesatan dan akan melindungi umat Islam agar tidak menderita dan selalu menjadi bulan-bulanan permainan musuh Islam. Di sinilah letak nilai dasar Iedul Qurban itu, yakni berkorban untuk penyebaran dan kejayaan Islam.

Dalam surat al Kautsar Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah telah banyak memberi karunia kepada kalian. Oleh sebab itu kerjakanlah shalat hanya karena Allah dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang yang memusuhimu itu pasti akan kecewa.”

Allahu Akbar

Hadirin yang kami muliakan,

Keunggulan agama Islam yang kita peluk itu sesungguhnya terletak pada kesempurnaan tuntunannya. Agama Islam memberi tuntunan cara hidup dalam semua bentuk kehidupan manusia. Kita harus berbahagia menjadi seorang muslim karena Islam itulah agama yang diridhoi Allah swt dan lengkap tuntunannya. Sebagai apapun kita hidup ini maka agama Islam memberikan cara untuk menjalani kehidupan kita itu. Sebagai seorang pribadi maka  Allah memberi tuntunanNya. Sebagai sebuah keluarga, Allah juga memberi tuntunannya. Sebagai bentuk  tatanan masyarakat-bangsa-negara, Allah juga memberi tuntunan bagaimana mengelolanya. Allahu Akbar. Nabi Muhammad saw bahkan memberi contoh nyata cara mengelola ke tiga bentuk kehidupan itu, termasuk bentuk yang paling rumit, yakni bagaimana mengelola sebuah negara. Rasulullah justru untuk masalah itu memberi percontohan rinci dalam peran beliau sebagai  Kepala Negara, mengelola negara Madinah selama sekitar 10 tahun lamanya.

Ke tiga bentuk tuntunan Islam tersebut dinamakan Syariat Islam, yang karena keutuhannya dalam memberi pedoman hidup pada seluruh kebutuhan  manusia maka disebut sebagai syariat yang sempurna, syariat Islam yang lengkap, utuh,  atau kaffah. Janganlah kita sebagai orang Islam ikut-ikutan menganggap bahwa agama Islam hanya memiliki tuntunan menyembah Allah dalam bentuk shalat, puasa, doa saja dan sekedar ajaran akhlak-moral belaka. Nabinya orang Islam memberikan percontohan yang utuh itu, bagaimana beliau itu mengurus diri-pribadi, mengurus keluarga, dan mengurus bangsa-negaranya. Inilah makna kesempurnaan Islam sebagaimana yang dicantumkan dalam w ahyu terakhir itu  tercantum dalam al Maidah ayat 3: “Pada hari ini Aku telah sempurnakan agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmatKu bagimu, dan Aku telah rela Islam sebagai agamamu.”

Allaahu Akbar,

Hadirin jama’ah shalat Ied yang berbahagia,

Namun pada kenyataannya secara sosial kenegaraan umat Islam di dunia termasuk di Indonesia umumnya masih jauh dari kondisi memuaskan padahal Allah swt menegaskan mestinya umat Islam itu adalah umat yang terbaik. Mengapa bangsa Indonesia masih terbelakang kehidupannya? Dari pandangan Islam jawabnya relatif mudah: “Karena, walau bangsa ini mayoritas penduduknya  umat Islam, kebijakan sosial-kenegaraannya mengikuti ajaran Sekuler, ajaran non-Islam, ajaran yang meninggalkan tuntunan sosial-kenegaraan yang diajarkan oleh Allah swt”. Akibatnya, begitu kebijakan politik-ekonomi-sosial-budaya nasional yang non-Islami itu (sekuler) dilakukan, maka kita memperoleh efek buruknya, seperti kemiskinan, dekadensi moral, dan kerusakan lingkungan melalui proses eksploitasi, langsung atau tidak langsung, terhadap sumber daya manusia dan kekayaan tanah air oleh bangsa lain. Perlu difahami bahwa kebijakan nasional non-Islami (Sekuler)  memang bisa saja bermanfaat bagai bangsa yang non-muslim karena memang sejalan dengan karakter dasar mereka. Kebijakan non-Islami (Sekuler) justru akan membuat umat Islam menjadi terpuruk dan menderita karena bertentangan dengan ciri dasar nilai kemanusiaannya, yang bisa diibaratkan sebagai  ikan emas dimasukkan ke dalam aquarium berisi air keruh penuh kotoran.

Allaahu Akbar,

Hadirin jama’ah shalat Ied yang berbahagia,

Dalam ajaran Islam tegas dinyatakan bahwa ada hukuman Allah atas  umat manusia yang keluar dari tuntunanNya. Ini sunnatullah. Hukuman itu bukan hanya mengena atau manifes di alam akherat berupa siksa neraka jahannam belaka namun juga bisa berupa bencana atau krisis sosial yang ditimpakan pada manusia di dunia fana ini. Bukankah praktek pelacuran telah membawa merajalelanya AIDS, beredarnya miras membawa rusaknya akhlak generasi muda bangsa? Negara Barat yang menjadi pelopor pengetrapan Sistem Ekonomi Kapitalis yang berorientasi pada perilaku materialistik, mempraktekkan riba, transaksi maya, ekonomi eksploitatif, dan praktek tipu-daya penggelembungan nilai dari kekayaan sebenarnya, telah terlanda efek kehancuran ekonomi dan masih tertatih untuk mengatasinya. Banyak lembaga keuangan termasuk yang sudah berumur ratusan tahun dan berskala mendunia bangkrut, disusul pailitnya banyak perusahaan di berbagai bidang.

Dalam surat Huud ayat 99 Allah berfirman:

“Pada mereka (yang durhaka) itu ditimpakan krisis/bencana di dunia fana  ini dan siksaan pada hari kiamat nanti. Itulah seburuk-buruk pemberian Allah pada mereka (yang mengabaikan syariat Allah).”

Kita harus mewaspadai bahwa berbagai krisis yang menimpa umat Islam dan bangsa di negeri ini sudah merupakan bentuk manifestasi kemurkaaan Allah pada umat Islam dan bangsa Indonesia karena mereka jauh dari sikap beriman-bertaqwa yang benar dan utuh. Bangsa Indonesia yang mayoritasnya muslim ini sudah jauh dari ajaran Islam, banyak mengabaikan ibadah mahdhah, berakhlak rusak, menebar praktek maksiat dan mungkarat, dan ketakutan untuk melakukan jihad fii sabilillah. Akibat dari sikap beriman-bertaqwa tidak utuh seperti itulah maka Allah tidak mustahil menurunkan adzab selagi kita masih berada di dunia fana ini dalam bentuk berbagai krisis dan bencana  Inilah tantangan bagi umat Islam, khususnya para pemimpin bangsa Indonesia yang beragama Islam. Marilah kita saksikan bersama, dan sejarah akan menjadi bukti nyata, apapun  upaya yang dilakukan  yang dikirakannya amat baik untuk membangun negeri ini, dengan acuan ilmu dan teknologi yang diambil dari banyak negeri, namun jika  tanpa memberlakukan syariat sosial-kenegaraan yang diajarkan oleh Allah swt, maka pasti hasilnya negara ini akan tetap terpuruk dan makin terpuruk karena Allah swt telah tidak peduli lagi dan memurkai bangsa ini walau mayoritas bangsa ini mengaku diri mereka itu muslim.

Perlu difahami bahwa efek buruk dari mengabaikan syariat itu amat bergantung pada aspek syariat mana yang diabaikan. Jika mengabaikan syariat tentang pribadi maka yang rusak ya hanya pribadi yang bersangkutan saja. Jika syariat yang diabaikan terkait dengan pengurusan sebuah keluarga maka hanya keluarga itu saja yang terkena efek rusaknya. Dan akhirnya jika syariat yang diabaikan itu terkait dengan pengelolaan bangsa-negara maka keseluruhan bangsa-negara itulah yang menanggung akibatnya. Bentuk efek rusak yang terakhir inilah yang harus diwaspadai bisa saja menimpa bangsa-negara, dalam bentuk berbagai bencana alam dan krisis sosial multidimensi, jika pengelolaan bangsa-negara yang mayoritasnya muslim itu meninggalkan syariat Islam.

Allaahu Akbar,

Hadirin yang saya hormati,

Allah SWT menegaskan dalam al Qur’an Surat al A’raf ayat 96: “Apabila penduduk suatu negeri itu beriman dan bertaqwa (melaksanakan syariat Islam secara kaffah) maka Allah akan menurunkan karuniaNya dari langit dan bumi (sehingga mereka akan menjadi negeri yang maju-aman-sejahtera). Namun jika mereka itu ingkar akan tuntunan Allah (mengabaikan syariat Islam) maka akan ditimpakan pada mereka berbagai krisis/kesulitan hidup karena perilaku mereka sendiri yang ingkar itu.”

Ayat di atas lebih banyak terkait dengan pelaksanaan syariat Islam tentang pengelolaan bangsa-negara, pengelolaan sistem sosial-kenegaraan. Bangsa yang mengetrapkan syariat sosial-kenegaraan  Islam jelas akan dijamin Allah akan memperoleh kesejahteraan bagi warga negaranya, adil-makmur penuh keharmonisan, penuh kehormatan, dan jauh dari musibah-bencana yang menyengsarakan. Sedang bangsa yang mengabaikan syariat sosial-kenegaraan yang diajarkan Allah swt pasti akan ditimpa berbagai kemalangan atau krisis yang tiada putus-putus, rendah martabatnya, dan sering ditimpa bencana dan musibah. Bangsa Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam, terutama kepada para pemimpin formal dan  non-formalnya,  wajib menyimak ayat ini dan segera kembali kepada syariat Islam secepatnya secara utuh, bukan hanya syariat ibadah ritualnya belaka, agar bisa membawa bangsanya berubah menjadi bangsa yang berhasil, maju, dan makmur-bermartabat, di segani dan dihormati di dunia internasional.

Allaahu Akbar,

Hadirin jama’ah shalat Ied yang berbahagia,

Bagaimana cara efektif memperbaiki krisis bangsa ini? Jawabannya sederhana dan hanya satu, yakni: mintalah pertolongan dan perlindungan Allah dengan memberlakukan syariat Islam dalam semua bidang kehidupan bangsa. Itulah sesungguhnya makna taubatan nasuhah oleh umat Islam yang menjadi mayoritas bangsa ini. Jangan kiranya kita mengharap ampunan dan pertolongan Allah dalam mengatasi krisis bangsa hanya dengan berdoa meminta ampun namun tidak mau mengetrapkan syariat Allah yang terkait dengan pengelolaan bangsa-negara, termasuk mengabaikan kepemimpinan nasional oleh figur yang taat syariat; mengabaikan sistem ekonomi nasional yang anti riba dan bisnis maksiat; membiarkan budaya bangsa  marak dengan pornografi dan perzinaan; membuat kaum kriminal dan korupsi merajalela karena peradilan yang tidak jujur, serta hukuman yang ringan dan tidak menjerakan.

Setiap individu muslim dalam sebuah negara tidak cukup hanya beribadah mahdhah dan berkeluarga sesuai syariat karena mereka juga tentu terlibat dalam kehidupan sosial-kenegaraan. Oleh sebab itu setiap muslim di suatu negara wajib mendukung kelompok apakah organisasi kemasyarakatan atau organisasi politik yang bervisi mengetrapkan syariat Islam dalam kehidupan sosial-kenegaraan, bukannya malah mendukung organisasi yang bervisi sekuler, visi mengelola bangsa-negara dengan mengabaikan syariat Islam. Setiap individu muslim di sebuah negara wajib memilih pemimpin yang pro syariat. Jangan kiranya individu muslim di sebuah negara seenaknya menjatuhkan dukungan kepada suatu organisasi dan memilih pemimpin tanpa mengkaitkannya dengan syariat Islam. Inilah hakekat berislam secara kaaffah setelah sadar untuk melakukan ibadah mahdhah dan berakhlak baik dalam kehidupan sosialnya.

Allaahu Akbar,

Hadirin yang berbahagia,

Dari uraian di atas kini bisa disusun  tiga tesis yang akan membuat umat Islam dan bangsa ini segera menjadi bangsa yang besar-maju-aman-sejahtera:

  1. Mengelola Indonesia dengan tuntunan sosial-kenegaraan yang diajarkan oleh Allah swt, dan secepatnya meninggalkan visi SEKULER, apakah Kapitalisme, Komunisme, Sosialisme,  dan visi non Islami lain apapun penamaannya.
  2. Syariat Islam tentang cara mengelola bangsa-negara adalah Sumbangsih Mulia umat Islam untuk kemajuan Negara Indonesia yang berdasar Pancasila sehingga mestinya diterima dengan lapang dada oleh seluruh komponen bangsa.
  3. Syariat sosial-kenegaraan Islam akan membawa kemajuan dan kesejahteraan Rakyat yang Plural karena Islam itu Rahmatan lil ‘alamiin, di mana substansinya memang memiliki objektivitas yang amat tinggi untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bangsa.

Allaahu Akbar,

Hadirin yang berbahagia,

Alhamdulillah, marilah kini kita akhiri khotbah Iedul Adha 1430H ini dengan doa yang khusyuk dan penuh harap kepada Allah SWT:

“Ya Allah, kami telah mendengar seruan untuk beriman dan bertaqwa kepadaMu secara benar, dan kami telah menjadi orang yang beriman dan bertaqwa. Berikanlah kepada kami ya Allah pertolonganMu agar kami tidak keliru dalam mengartikan keimanan-ketaqwaan kami itu sehingga kami ini tidak menjadi  tersesat setelah kami beriman.

Ya Allah, kami ini memang memiliki banyak kelemahan, maka berikanlah kepada kami ya Allah kekuatan untuk melihat yang benar sebagai yang benar dan melihat yang salah sebagai yang salah, sehingga kami akan mampu melangkah secara benar dalam kehidupan kami di dunia fana ini dan mampu membawa kemanfaatan bagi diri, keluarga, dan masyarakat-bangsa-negara,  serta lingkungan kami.

Ya Allah, tambahkanlah ilmu kami, kuatkanlah kondisi kami, dan kokohkanlah ketaqwaan kami. Ampunilah segala kesalahan kami, dan jauhkanlah kami dari siksa nerakaMu yang maha pedih itu. Amin.”

*) Surabaya, 10 Dzulhijah 1430 H,
Khotbah Iedul Adha
di halaman Mesjid Manarul Islam, MALANG

Entry filed under: Agenda. Tags: , , , , , , , .

KASUS BLBI BELUM SELESAI, BANK CENTURY DITALANGI LAGI, KAPAN JERANYA, MENUNGGU KEKAYAAN NEGERI MUSNAH? “JIKA TOKOH UMAT BICARA-DAKWAHNYA TIDAK LUGAS, MAKA UMATNYA AKAN TERLEPAS, DAN NEGARA PUN RUSAK KARENA DIPERAS”

2 Comments Add your own

  • 1. qudsi fauzy  |  26 November 2009 at 18:19

    makalah bahan khotbah itu bagus, namun ada beberapa yang normatif yang perlu disentuh dengan kasus-kasus lokal dan loika yang empiris, krn saya yakin bapak mampu untuk itu seperti beberapa bukunya yang diterbitkan.trims

  • 2. Bachtiar Fanani Lubis  |  27 November 2009 at 15:52

    Saya telah membaca keseluruhan text khutbah iedul adha 1430 H yang disampaikan langsung oleh KH.Fuad Amsyari di Malang. Kesimpulan saya ialah setuju untuk setiap muslim menjadi muslim yang kaffah dan untuk berjihad fisabilillah perlu organisai yang kuat , istiqomah dan amanah ( Ormas dan Parpol islam kaffah) tidak cukup secara individual dan sporadis, dan bukan untuk menjual ayat-ayat ALLAH dengan harga murah sekedar untuk mengejar harta,kursi dan tahta.
    Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Iedul Adha 1430 H.
    Selamat berjihad..!!! Wassallam…..

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


"tatkala mayoritas penduduk maju, maka minoritas terikut maju (TIDAK SEBALIKNYA), dan negara pun menjadi kokoh-kuat..."

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 67 other subscribers

Recent Posts

Top Posts

Archives

Calendar

November 2009
M T W T F S S
 1
2345678
9101112131415
16171819202122
23242526272829
30  

Stats

  • 138,385 hits

Feeds